Kamis, 20 November 2014

EKSPEDISI PERDANA KAMI, PUNCAK GUNUNG PRAU 2.565 MDPL




Mungkin belum semua tahu tentang apa, dimana, dan bagaimana Gunung Prau itu..
Pada ekspedisi kami yang perdana ini, akan kami menceritakan tentang perjalanan kami menuju pucak Gunung Prau.

Let’s find out..

Kami adalah kumpulan manusia dengan segala aktivitas dan kesibukan yang sering kami lakukan bersamaan. Iya, karena kami adalah teman satu kampus dan satu jurusan. Sehingga kami sering menghabiskan waktu bersama-sama. Sempat suatu hari kami sedang berbincang. Dalam perbincangan tersebut, teman kami Jhack mencetuskan ide untuk melakukan pendakian di tanggal 17 Agustus. Awalnya kami heran, mau kemana dan bagaimana. Kemudian Jhack berkata untuk mendaki Gunung Prau. Kami, yang notabennya senang berjalan-jalan dan berpetualang langsung meng iya kan ajakan Jhack ini. Dengan berbekal izin dari orang tua, kami mempersiapkan pendakian bersama kami yang pertama ini.

Gunung Prau adalah Gunung yang berketinggian 2.565 mdpl. Gunung ini berada didataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Konon katanya, dari Puncak Gunung Prau,  kami dapat melihat bentangan alam yang sangat amat luar biasa. Dihiasi dengan gagahnya gunung Gunung Sindoro dan Sumbing juga puncak Gunung Merbabu dan Merapi yang samar namun nampak jelas dari Puncak Gunung Prau.  

Dan kami akan membuktikannya..

Pada pendakian pertama kami ini, kami mempersiapkan segala hal jauh-jauh hari. Karena memang saat itu, bertepatan dengan Ujian Kompetensi yang sedang kami tempuh. Jum’at, 15 Agustus 2014 malam. Setelah selesai melaksanakan hari terakhir uji kompetensi, kami masih berkumpul di kampus untuk memperbincangkan masalah pendakian esok hari. Afif dan Jhack sudah menyewa dua dome untuk kami beristirahat di puncak, dan tiga carier untuk membawa segala macam barang yang akan dibawa. Kami menyusun strategi pukul berapa kami berangkat dan bagaimana mekanismenya.  Setelah segala macam perlengkapan siap, kamipun pulang untuk mengumpulkan energi untuk perjalanan esok pagi.

Sabtu, 16 Agustus 2014 pagi kami mulai bersiap. Afif dan Ainun menghampiri Azizah dan saya untuk kemudian mengambil barang di persewaan flamingo (utara UGM). Disitu saya dan Azizah menyempatkan untuk sarapan, sedangkan Afif dan Ainun mengepack barang supaya lebih rapi dalam pembawaan barang nantinya. Pukul 09.00 kami berangkat dari jogja dan menuju Tempel untuk menghampiri teman kami Jhack terlebih dahulu. Pukul 10.00 kami sampai di Tempel, Sleman. Kemudian kami bertukar tas dan berdo’a bersama. Pukul 10.30 pemberangkatan kami mulai menuju Dataran Tinggi Dieng. Setelah 2 jam perjalanan kami berhenti di Indomaret didaerah Wonosobo. Disitu kami berhenti untuk sejenak beristrahat dan membeli roti untuk bekal. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Base Camp Patak Banteng.

Pukul 13.30 kami sampai di basecamp pendakian Gunung Prau yaitu Patak Banteng. Di basecamp ini kami membayar retribusi dan registrasi nama anggota tim kami. Pada hari itu, basecamp tersebut memang sedang ramai dipadati pendaki, mungkin karena memang besok adalah tanggal 17 Agustus. Selain bertepatan dengan hari Kemerdekaan, tanggal 17 Agustus juga merupakan hari libur sehingga Puncak Prau di banjiri oleh pendaki. Selesai membayar kontribusi dan registrasi kami bergantian untuk melaksanakan sholat dzuhur dan jama’ ashar di masjid sebelah basecamp. Kami juga menyempatkan beristirahat untuk mengumpulkan energi. Karena transportasi yang kami gunakan adalah motor, maka kami menitipkan motor kami didepan balai desa setempat. Masalah keamanan, Inshaa Allah terjaga kok. Tapi untuk helm, disarankan dibawa kedalam basecamp karena akan lebih aman.

Barang bawan menuju puncak




Dari Basecamp Patak Banteng
Peta Menuju Puncak Gunung Prau

Pukul 15.30 kami bersiap untuk mendaki. Sebelumnya kami berdo’a supaya diberi kelanacaran dalam pendakian. Setelah itu kami ber lima mulai melangkahkan kaki kami. Pada mulanya, kami masih melewati gang-gang dipemukiman warga, lalu kami melewati ladang para petani. Disitu, pemandangan yang disuguhkan mulai bisa dinikmati. Kami masih menyusuri jalan setapak yang mulai menanjak. Perjalanan tersebut bertahan sampai akhirnya kami sampai di POS I yaitu POS Sikutdewo. Disini, karcis retribusi akan dicek. Lalu kami melanjutkan perjalanan lagi. Dari sini, track mulai berubah, yang semula berupa jalan setapak menjadi jalan tanah. Track ini sangat berdebu saat musim panas. Jadi disarankan bagi pendaki untuk membawa masker atau penutup hidung. Track ini masih dihiasi dengan ladang para warga disisi kanan dan kiri. Namun semakn naik, semakin kita meninggalkan ladang tersebut. View yang disiguhkanpun semakin indah. Hamparan ladang warga terlihat jelas dari atas. Track kemudian mulai melewati hutan-hutan yang cukup lebat. Kamipun berpacu dengan pendaki lain untuk sampai dipuncak. Tak lama kemudian kami sampai di POSII yaitu POS Canggal Walangan. Disitu kami berhenti untuk istirahat dan minum air perbekalan kami. Kami sempat ngos-ngosan pada awal track dari POS I namun setelah sampai POS II kami sudah bisa mengatur ritme nafas kami agar tidak cepat lelah. Sekitar 5 menit kami istirahat, kami kemudian melajutkan perjalanan  lagi. Track yang dihadapi masih sama namun disini tidak terlalu berdebu dan hawanya sudah mulai dingin. Track tersebut dijumpai sampai POS III yaitu POS Cacingan. Dalam perjalanan kami sempat diingatkan oleh pendaki lain yang turun bahwa setelah POS III akan dijumpai track yag licin dan kami dihimbau untuk berhati-hati. Saat itu memang pendaki yang naik ke Gunung Prau sangat banyak.





Pemberangkatan Menuju Puncak
Gang menuju jalur pendakian

Jalur menuju POS I

Pemandangan Menuju POS I






POS I SIKUT DEWO


Pemandangan dari perjalanan menuju POS III
Pemandangan dari POS II
POS III CACINGAN

Ternyata benar kata pendaki tersebut. Selepas POS 3, track yang kami hadapi sangat licin dan curam. Bahkan sudah disiapkan tali-tali yang fungsinya memang untuk membantu pedaki naik ke atas. Kami berlima saling bantu-membantu untuk sampai ke puncak. Meskipun track semakin curam namun iringan matahari yang terbenam memberi warna tersendiri pada pendakian kami. Terlihat jelas matahari yang terbenam di hamparan awan yang menjingga tepat di sebelah puncak Gunung Slamet. Kedua teman kami sempat mengabadikan panorama seindah itu sehingga mereka tertinggal. Pukul 17.30 kami sampai dipuncak Gunung Prau. Langit sudah mulai gelap, dan udara dipuncak tersebut sangat dingin. Kamipun segera mencari lokasi untuk mendirikn dome. Tepat dibawah tugu puncak Gunung Prau kami mendirikan 2 dome. Setelah itu kami menyeduh beberapa cangkir kopi dan membuat mi instan untuk menghangatkan dan mengisi perut kami yang mulai keroncongan. Lalu kami ingat, bahwa ada teman kami yang akan menyusul kami dipuncak. Jhack, Afif dan Yama pun menunggu teman kami tersebut di gerbang masuk area puncak. Setelah beberapa lama kami menunggu, kami tidak menemukan teman kami yang akan menyusul. Kami tidak dapat menghubunginya karena sulit mendapatkan sinyal diatas. Sehingga kami hanya bisa berteriak nama teman kami setiap ada rombongan pendaki lewat. Namun, hasilnya nihil. Akhirnya, kami kembali ke dalam dome karena memang sudah kedinginan diluar. Tugaspun digantikan oleh Azizah dan Ainun. Tak selang kemudian, merekapun bertemu dengan teman kami. Sehingga tim kami bertambah anggota menjadi delapan orang. Kemudian kami memutuskan untuk istirahat agar esok kami bisa bangun lebih pagi.



Azizah dan puncak Slametdalam senja
Senja
Afif Marzuqi dan senja

Minggu, 17 Agustus 2014 pukul 04.00 kami bangun dan mencoba keluar menembus dinginnya udara uar. Namun, niat kami ternyata terpatahkan oleh dinginnya udara luar. Akhirnya kami kembali kedalam dome. Dinginnya udara dipuncak tidak mampu mendidihkan kopi yang kami buat pada pagi itu. Pukul 05.30 kami memutuskan untuk keluar dan menikmamati matahari yang mulai terbit


Analis Kesehatan di Puncak
Fajar Di Puncak Gunung Prau


Alangkah Indahnya Indoneisa

Banyak camp di puncak


Terlihat Gunung Sindoro dan Sumbing


Kami dari Puncak Gunung Prau

Hamparan awan yang membentang menghantarkan fajar menyingsing muncul keluar praduannya. Bersama ribuan pendaki dengan diiringingi kibaran bendera merah putih kami menyaksikkan  keindahan fajar 17 Agustus di Puncak Gunung Prau. Dan ternyata benar kata orang, bahwa dari Puncak Gunung Prau tersebut keelokan Indonesia di pertontonkan. Keindahan alam Nusantara yang sangat indah. Lukisan Keagungan Yang Kuasa yang tertoreh di bumi pertiwi. Di sekitar bukit teletabis, dipuncak Gunung Prau kamipun memiliki impian untuk terus mendaki dan melihat keindaha tanah nusantara dari atas puncak yang berbeda. .



Kami akan bertemu dipuncak yang berbeda

Sampai jumpa, dalam cerita Ekspedisi kami selanjutnya..(NTM)

                                                                                                                                







































Tidak ada komentar:

Posting Komentar